Thursday, 05 December 2019

Kemarau, Pembudidaya Ikan di Cipayung Rugi sampai 50 Persen

Sabtu, 26 Oktober 2019 — 6:34 WIB
Rodi pembudidaya ikan yang rugi 50 persen akibat kesulitan air bersih. (Ifand)

Rodi pembudidaya ikan yang rugi 50 persen akibat kesulitan air bersih. (Ifand)

JAKARTA  – Selain sulit beraktifitas akibat kesulitan air bersih, pembudi daya ikan di Kelurahan Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, mulai kebingungan. Pasalnya, tak adanya air di pemukiman mereka membuat kerugian atas usahanya melorot hingga 50 persen.

Rodi (42) menyebutkan sejak dua bulan belakangan bisnisnya merugi. Pasalnya, di rumahnya di RT 02/03 Kelurahan Bambu Apus, air bersih sudah tak lagi didapat.
“Sekitar 40 sampai 50 persen lah ruginya. Karena kalau enggak ada air itu dampaknya banyak. Air untuk kolam ikan kan harus rutin diganti, biar enggak kotor,” katanya, Jumat (25/10/2019).

Menurut Rodi, seharusnya dalam setiap 10 hari, air untuk 15 kolam ikan hias miliknya harus diganti. Hal itu guna kelancaran pertumbuhan dan kesehatan ikan hias yang selama ini dibudidaya.

“Cuma karena nggak ada air mau bagaimana lagi. Buat kita sehari-hari saja susah, apalagi buat ikan,” ujarnya.

Akibat keringnya sumur di rumahnya, membuat Rodi tak bisa mengganti air kolam sehingga ikan ternakannya mati lantaran air kolam yang kotor. Kerugian pun harus ia rasakan lantaran usaha yang dirintisnya itu memang membutuhkan air bersih yang banyak. “Bisa hampir satu kolam pada mati semuanya, satu kolam itu bisa 1.000 sampai 2.000 ekor. Mati karena sakit air kolamnya kotor,” sambungnya.

Bukan hanya mati, kata Rodi, ikan yang selama ini ia budidaya pertumbuhannya juga melambat. Dimana ikan Lohan, Memphis, Gupi, dan ikan hias ainnya pertumbuhannya lambat karena airnya kotor. “Besarnya ikan nggak sesuai dengan ukuran sebelumnya. Karena ikan sulit tumbuh di air yang keruh,” tuturnya.

Dijelaskan Rodi, bila dalam satu bulan biasanya sudah panen, kini butuh waktu dua bulan lebih sebelum dapat dijual ke distributor ikan hias. Karena kekeringan itu, saat ini ia tak berani mengisi kolom dengan air penuh. “Ikan juga nggak bisa berkembang kalau airnya cetek. Itu berpengaruh ke pertumbuhan ikan, jadi lama. Biasanya satu bulan panen bisa Rp1 sampai Rp2 juta, sekarang malah rugi terus,” pungkasnya.

(Baca: Warga Cipayung Mulai Kesulitan Air Bersih)

Sebelumnya diberitakan, sudah hampir sebulan belakangan ini, 500 warga di Kelurahan Cilangkap dan Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, kesulitan air bersih. Mereka pun mengharapkan pemerintah provinsi untuk terus memberikan air bersih agar bisa tetap hidup.

Ketua RT 02/03 Bambu Apus, Adi Ismanto mengatakan, di wilayahnya kesulitan air bersih sudah dirasakan sejak pekan lalu. Dimana ada 100 jiwa warganya yang kini bergantung kepada bantuan pasokan air dari pemerintah untuk keperluan sehari-hari.

“Jadi bervariasi, ada warga yang air di rumahnya keruh, keluar airnya sedikit, ada juga yang sudah enggak keluar air sama sekali,” katanya, kemarin.  (ifand/yp)