JAKARTA – Kapolda Bali, Irjen Petrus Reinhard Golose hadir menjadi tamu istimewa di University of Chicago Project on Security and Threats dalam acara Colloquium Dunia dan Workshop Nasional, di Chicago, Amerika Serikat. Ia pun diminta untuk berbagi pengalaman dalam penanganan tindak pidana terorisme yang ada diwilayahnya.
Prof Robert Pape, Director University of Chicago Project on Security and Threats yang meminta jenderal bintang dua ini untuk menjadi pembicara. Acara yang bertema ‘Uniting Against the Next Attack’ meminta Irjen Petrus untuk memberikan masukan dalam penanganan wilayahnya pasca teror dari terorisme.
Dalam seminar itu, Petrus diminta berbagi wawasan dalam menghadapi situasi pasca serangan teror. Dimana mantan Direktur Penindakan BNPT itu menjelaskan, bahwa Polri sebagai garda terdepan dalam menangani kasus terorisme selalu bekerja sama dengan stakeholder emergency services.
“Juga bagaimana Indonesia selama ini dapat mengelola krisis pasca serangan teroris secara cepat dan terukur hingga bagaimana tragedi bom Bali 1 dan 2, Thamrin 2016, Surabaya 2018 dan Medan 2019 ditangani secara cepat,” kata Petrus dalam keteranganya, Sabtu (23/11).
Dalam seminar yang dihadiri para pakar security dan akademisi dunia, Irjen Petrus menjelaskan banyak hal. la pun memberikan masukan yang disaksikan dari United Nations, Amerika Serikat, Inggris, Indonesia, Australia, Turki, Maroko, Perancis, Skotlandia, dan Israel. “Ada juga pelaku bisnis besar dunia seperti Motorola dan Amazon yang hadir dalam kegiatan itu,” sambungnya.
Di hadapan perwakilan dunia itu, Petrus juga memaparkan mengenai UU No. 5/ tahun 2018 yang sangat efektif dalam pelaksanaan preemptive strike. Pasalnya, untuk pencegahan serangan terorisme hingga antisipasi propaganda hoax terorisme menggunakan platform sosial media. “Semua penjelasan itu yang kami rasa perlu diketahui mata dunia dalam penanganan terorisme di Indonesia,” sambungnya.
Assistant Secretary-General and Executive Director dari Badan PBB CTED, Michele Conisx sempat menyinggung contoh kota-kota di dunia, termasuk Indonesia berhasil bangkit menghadapi terorisme. Diharapkan, kota-kota lain dapat belajar dari Indonesia untuk melakukan manajemen risiko penanganan serangan teror.
Sementara keynote Speakers lain, Russell Russ Travers selaku Acting Director of the National Counterterrorism Center (NCTC) menyampaikan, kerja sama dengan para penegak hukum dalam menangani terorisme sangat penting dilakukan, termasuk dengan para ahli akademisi untuk menemukan formula yang benar dalam penanganan terorisme di dunia.
“Saat ini terorisme sedang berevolusi, maka kita juga harus berevolusi dengan cara meningkatkan hubungan baik dengan negara lain dan juga akademisi,” ujar Russel. (ifand/win)