Friday, 29 November 2019

Ini Pesan-pesan Terakhir Ciputra Menurut Putrinya

Kamis, 28 November 2019 — 18:46 WIB
karangan bunga

JAKARTA – Dr (HC) Ir Ciputra dilahirkan di Parigi, Sulawesi Tengah, pada 1931, dan meninggal di Singapura, 27 November 2019, pada usia 88 tahun. Hari ini, Kamis (28/11/2019) almarhum sudah tiba dari Singapura, dan disemayamkan di disemayamkan di Ciputra Anterpreuner, Jakarta.

Pria yang semasa hidupnya dikenal sebagai konglomerat ini  meninggalkan seorang istri, empat anak, empat menantu, dan 10 cucu.  Menurut informasi,  pengusaha properti ini akan dimakamkan pada Kamis pekan depan (5/11/2019) di pemakaman keluarga, di Citra Indah, Jonggol.

Ciputra semassa hidup dalam rentang hidup 88 tahun itu diwarnai dengan segudang prestasi tinggi. Ia  adalah seorang insinyur dan pengusaha di Indonesia. Ia terkenal sebagai pengusaha properti yang sukses, antara lain pada Jaya Group, Metropolitan Group, dan Ciputra Group.

Selain itu ia juga dikenal sebagai seorang filantropis, dan berkiprah di bidang pendidikan dengan mengembangkan sekolah dan Universitas Ciputra.

Pada 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, Ir Ciputra menduduki peringkat ke-27 dengan total kekayaan US$ 950 juta. Dalam beberapa kali kesempatan, dia merupakan sosok yang jenaka pula.

Soal kepergian Ciputra, menurut sang anak, Rina Ciputra Sastrawinata  mengaku kepergian sang ayah karena  sudah usia tua.

Rina  mengungkapkan penyebab ayahnya berpulang setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Singapura selama 42 hari. Menurutnya, ayahnya meninggal bukan karena penyakit tertentu. Melainkan karena usianya yang sudah tua menginjak 88 tahun.

“Ayah saya meninggal karena usianya. Meninggal karena usia tuanya,” kata Rina Ciputra Sastrawinata saat jumpa pers di pesemayaman Ciputra, Kuningan, Jakarta Selatan,  Kamis (28/11/2019).

Rina membeberkan, dua hari sebelum menghembuskan nafas terakhir, Ciputra masih bisa berkomunikasi. Oleh karena itu, ya  tidak menduga, Ciputra pun tidak ada pesan-pesan terakhir. “Memang tidak ada pesan-pesan terakhir. 2 hari sebelumnya masih bisa berkomunikasi,”

Menurut Rina, hampir setiap hari ayahnya selalu berpesan kepada dia dan anaknya bahkan cucu-cucunya untuk selalu memiliki nilai luhur. Pesan-pesan itulah yang akan dijaga dan diteruskan hingga generasi berikutnya.

“Ayah saya seorang mentor, seorang guru. Ayah saya senang mengajar, ngomong terus kasih tahu ini, kasih tahu itu. Saya menghadap satu jam PR-nya banyak banget. Pesan-pesan itu selalu memotivasi kami semua. Kami merasa kehilangan Navigator,” pungkasnya. (adji/win)