BERAWAL dari iseng menawarkan pakaian muslimah di akun Facebook, Nur Asih lama-lama menekuni usaha itu lewat online shop. Kendati bekerja sebagai staf sebuah perusahaan simpan pinjam di bilangan Metland Tambun, dia tetap menekuni bisnis menjalaninya. Toko online-nya diberi nama ‘Denur Haf’shop’ yang diambil dari perpaduan namanya dan suami. Pasang surut dalam bisnis via online sudah dirasakan ibu dua anak ini.
Usahanya nyaris bangkrut, karena metode jualan dropship atau ambl barang langsung dijual. Sementara pelanggannya butuh cepat dikirim, membuatnya terkendala modal. “Sempat terhenti beberapa bulan,” kenangnya. Dia kembali mengumpukan modal sambil hunting pakaian di pinggiran ibukota Jakarta lalu. Stok barang dengan model terbaru dirasakan cukup.
“Saya buka kembali ‘Denur Haf’shop’. Alamdulillah, empat tahun ini berjalan lancar,” bebernya.
Menjamin pelanggan tetap percaya dengan produknya, Nur selalu menjaga kuliatas dan kepercayaan itu. Tak heran, dia nyaris tak pernah dikomplain atau mendapat keluhan dari pelanggannya. “Bedagang pakaian via media sosial tidaklah mudah,” ujarnya.
NO TIPU
Antara gambar dan kenyataannya terkadang berbeda, sehingga banyak konsumen tertipu. “Prinsip berdagang online, barang yang dijual sesuai dengan gambar, no tipi-tipu,” ucapnya memberi tips. Pemilihan kualitas dan mode pakaian harus kekini-kinian. “Saya harus rajin berselancar di internet dan cari informasi terbaru tentang trend pakiaan muslimah buat anak-anak, remaja dan kalangan ibu-ibu,” imbuhnya.
Dalam bisnis pakaian, katanya ada harga ada barang. “Artinya barang yang diual tidak mahal, tapi bukan murahan,” ujarnya. Usaha bisnisnya ini dia lakukan di sela-sela pekerjannya di sebuah perusahaan. Sebelumnya Nur bekerja di pabrik elektronik selama 6 tahun usai lulus SMK jurusan Perkantoran. Upayanya ini hanya bisa meringankan beban ekonomi orangtuanya.
Dia pindah ke perusahaan di kawasan Mitland, Tambun pada 2007 silam sebagai marketing. Pekerjaan ini tidakla mudah. Perlu mental dan energi kuat. Setiap hari, Nur keluar masuk pasar dan kampung, perumahan serta pedagang di sekitar Bekasi. Dia menawarkan produk simpan pinjam drai persuhaannnya. Selama tujuh tahun, Nur menjalaninya penuh semangat meski kehujanan dan kulitnya menjadi hitam terkena sengatan matahari.
DAPAT BONUS
Dari marketing dia berkenal dengan seorang pria yang kemudian menjadi suaminya. Meski sudah berumah tangga, dia berulangklai menolak ditempatkan di bagian lain. “Alhamdulillah, akhinrya saya dinilai mencapi target,” tuturnya. Dia kerap mendapat bonus sehingga kuliah Starta 1 dan kredit rumah. Sejak 2015 dia ditempatkan ke bagian teller, lantaran selama menjadi marketing Nur keguguran dua kali.
Karena tak lagi mendapat bonus, dia memutar otak menambah penghasilan keluarga. Iseng-iseng dia menawarkan pakaian lewat akun Facebook, ternyata mendapat respon positif dar teman-temannya. Namun dia kewalahan melayani pemesanan. Sebab metode jualannya dropship. Kini bisnis online-nya tergolong sukses dan maju.
Wanita 38 tahun ini berprinsip, meski wanita lemah, tapi harus mandiri. “Jangan tergantung pada orang lain, meski itu suami. Selagi mampu mengusur suami dan anak, kenapa tak bekerja. Mencari nafkah bagi keluarga ladang ibadah,” tukasnya. (lina/iw)