Tuesday, 10 December 2019

Ancaman Cyber Tinggi, Pembangunan Ibu Kota Negara Harus Utamakan Teknologi

Selasa, 10 Desember 2019 — 2:01 WIB
Gedung DPR/MPR RI. (dok)

Gedung DPR/MPR RI. (dok)

JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR RI Evita Nursanty menegaskan bahwa pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) yang baru harus mengutamakan teknologi terutama pada bangunan-bangunan yang akan menjadi objek vital negara.

Menurutnya tidak boleh ada lagi bangunan yang terlihat kuno dan sederhana, sebab Indonesia saat ini telah menyongsong industri 4.0 sehingga segala aspek harus terlihat modern.

Hal tersebut ia kemukakan dalam pertemuan dengan Angkasa Pura I, Pelindo IV, Jasa Marga, dan PLN di Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis (5/12/2019) dalam rangka meninjau tahapan pembangunan IKN yang diselenggarakan BUMN.

Evita menilai dengan beralihnya model ancaman kepada ancaman cyber, maka harus ada teknologi yang dapat menjamin keamanan objek vital negara yang akan dibangun di IKN tersebut.

“Kita tahu bahwa sekarang saja Amerika tidak hanya objek-objek vital negaranya yang sudah dia shield. Tapi Trump juga perintahkan kepada swasta untuk shield semua objek-objek vitalnya dari elektro magnetik dome,” katanya.

“Bisa saja yang terjadi dengan pemadaman PLN waktu itu sebenarnya electromagnetic dome yang dilemparkan sehingga semua listriknya mati. Itu ada ancaman dari negara mana kita tak tahu,” imbuhnya.

Politisi PDI-Perjuangan ini juga menginformasikan bahwa terjadinya ledakan kilang minyak di Arab Saudi hanya disebabkan oleh drone, sedangkan di Indonesia bahkan belum memiliki aturan terkait penggunaan teknologi tersebut.

Sehingga Evita berharap kepada BUMN yang sedang melakukan tahapan pembangunan IKN, untuk mewaspadai ancaman cyber yang sangat nyata tersebut.

“Saya harapkan mumpung kita sedang membangun yang baru-baru semua ini, nih, jadi ancaman cyber ke depan juga dipikirkan, ya baik dari PLN, Jasa Marga, Pelindo, dan AP. Kemudian pembangunan kawasan smart city & industries, harus benar-benar kota smart. Janganlah kita bangun yang kuno lagi. Kita harus mengacu kepada industri 4.0, karena negara lain sudah industri 5.0 sekarang ini,” jelas politisi dapil Jawa Tengah tersebut. (win)