DENGAN mengutip ucapan Greta Thunberg, aktivis muda dari Swedia, Gubernur Anies Baswedan berkesimpulan bahwa kata-kata itu penting, karenanya kata-kata jangan diremehkannya.
Tapi, aktivis memang modalnya itu. Jika Kepala Daerah juga hanya mengandalkan kata-kata belaka, akhirnya malah tidak kerja, atau memang tak bisa kerja?
Greta Thunberg menjadi Person of the Year majalah TIME. Dalam umur 16 tahun, dia dikenal vokal mendesak pengambilan langkah menghadapi krisis iklim global.
Dia memulai aksi pada Agustus 2018 dengan berkemah di depan gedung parlemen Swedia, meminta pemerintah setempat mengambil tindakan atas bahaya perubahan iklim. Dari sana, kampanye Thunberg makin membesar dan menjadi perhatian pemimpin dunia.
Aktivis dan juga LSM, modalnya memang hanya kata-kata. Dengan banyak kata yang didukung media massa, dia akan menjadi perhatian. DPR dan DPRD juga harus banyak berkata-kata, menyuarakan rakyat yang diwakili. Tapi faktanya, banyak anggota DPR dan DPRD yang seperti patung, diem saja seperti Reca Nggladag di Solo. Yang penting absen dan tiap bulan gajian.
Betul kata Gubernur Anies bahwa seorang pemimpin harus menggunakan kata-kata untuk menyampaikan gagasan sehingga orang-orang akan sukarela mengikuti gagasan tersebut. Bung Karno lewat kata-kata, baik pidato maupun tulisannya, berhasil memerdekakan Indonesia.
Tapi, jika seorang pemimpin porsi kata-katanya lebih banyak ketimbang hasil karyanya, tak ada bedanya dengan tukang obat di alun-alun. Ketika dikritik publik, dia tak mau mengakui kekurangannya, tapi hanya berkelit dengan kata-kata dan cenderung menyalahkan pihak lain.
Misalnya Gubernur Anies sendiri. Ketika TGUPP-nya dikritisi DPRD karena anggaran besar tapi hasil kerjanya tak jelas, dia justru menangkis bahwa semakin gencar TGUPP diserang oposisi, berarti kinerjanya memang semakin bagus. Ini kan sekedar permainan kata-kata untuk menina-bobokkan para anggota TGUPP itu sendiri.
Mantan rektor Paramadina dan Mendikbud ini memang dikenal ahli menata kata. Tapi apakah seorang pemimpin harus hanya pakar berkata-kata belaka? Faktanya, jadi Mendikbud direshufle. Itu artinya, Presiden Jokowi tidak butuh menteri yang hanya pintar berkata-kata, tapi menteri yang kerja, kerja, kerja……
Ketua DPD Nasdem Irma Suryani Chaniago sempat mengomentari Gubernur Anies yang berbangga diri dengan kata-katanya. Pemimpin seperti dia tidak cocok jadi presiden, sebab seorang kepala negara itu tak boleh kebanyakan teori, tapi eksekusinya. – (gunarso ts)