HUJAN di DKI Jakarta mulai turun serius, dan banjir pun melanda berbagai wilayah. Gubernur Anies Baswedan mulai pusing dua kali. Ya pusing diomeli warga kota, ya pusing penyerapan anggaran belum maksimal. Rakyat juga bingung, katanya ABPD DKI 2019 tak terserap Rp20 triliun, tapi APBD 2020 kok defisit Rp10 triliun?
Beberapa hari lalu Gubernur Anies Baswedan “dikuliahi” Presiden Jokowi, supaya saluran-saluran dikeruk, sehingga tak terjadi banjir jalan raya di mana-mana. Dicurigai, saluran banyak tersumbat puing dan pasir proyek di berbagai sisi jalan ibukota, baik itu karena pelebaran trotoar maupun jalan tol layang.
Ketika hujan mulai bikin banjir, saatnya Gubernur Anies banjir omelan dari penduduk DKI yang ingin maju kotanya bahagia warganya. Mana program mengatasi banjir di Ibukota? Mana program naturalisasi kali-kali di Jakarta? Mana saluran vertikal yang mampu mengatasi banjir di Jakarta.
Jaman kampanye Pilgub dulu Anies Baswedan memang mencoba mematahkan teori penanggulangan banjir ala Gubernur Ahok. Katanya, air meresap ke tanah itu sunatullah, karenanya perlu saluran vertikal (resapan). Dengan sistem normalisasi yang artinya pembetonan tanggul, air mengalir ke laut.
Tapi program naturalisasi kali, dengan cara menanami pohon-pohon di tanggul kali, diragukan oleh Kementerian PU-PR. Banjir kan perlu penanggulangan cepat, dengan beton banjir bisa diatasi dengan segera. Tapi dengan menanami pepohonan, sampai jabatan Anies 5 tahun habis, pohon di kali juga belum gede.
Gubernur Anies sepertinya sudah melupakan naturalisasi kali itu. Kini beliaunya sedang dipusingkan dengan serapan APBD 2019 yang belum maksimal. Dari plafon Rp77,8 triliun, ternyata baru terserap Rp57,5 triliun. Tahun 2019 berakhir tinggal seminggu. Bagaimana menghabiskan silpa (Sisa Lebih Penggunaan Anggaran) Rp 20 triliun.
Bagi kalangan awam juga terasa aneh. APBD 2020 katanya defisit sampai Rp10 triliun, tapi sisa anggaran 2019 sampai Rp20 triliun. Ketimbang pusing, defisit 2020 sebanyak Rp10 triliun, tutup saja pakai sisa anggaran 2019 yang mencapai Rp20 triliun itu. Gitu saja kok repot. (gunarso ts)