KPK dengan wajah dan gayanya yang baru, sepertinya bakal kehilangan greget. Karenanya jubir seperti Febri Diansyah, 36, sudah tak diperlukan lagi. Publik akan merasa kehilangan. Bagaimana misalnya yang diganti jubir Istana, Mochtar Ngabalin? Tebak sendirilah.Yang jelas, sesama Jubir institusi negara tetapi mereka memang beda rasa.
Kemarin Febri Diansyah Jubir KPK memberitahukan, hari itu merupakan saat terakhir menjadi Jubir KPK, sebab akan fokus pada jabatan aslinya, Kepala Biro Humas KPK. Itu artinya, sosok yang tenang, bahasanya yang tertata, argumentasinya teratur dan ganteng lagi, takkan kelihatan lagi di layar kaca.
Sejak 20 Desember 2019 lalu, KPK berganti wajah. Tidak saja para personalnya, tapi juga sistem kerjanya. Periode-periode sebelumnya mengutamakan penindakan, tapi KPK “gaya baru” ini lebih mengutamakan pencegahan. Soalnya, meskipun hampir setiap minggu digelar OTT, pejabat korupsi tak ada kapoknya, selalu datang silih berganti.
Bila jarang ada penindakan lagi, otomatis Jubir sekaliber Febri Diansyah tak dibutuhkan lagi. Dia akan kembali ke jabatan resminya, Kepala Biro Humas KPK. Sebagaimana lazimnya Humas, dia akan sibuk bikin press release, yang bisa disampaikan lewat email maupun WA.
Mulai hari ini, publik takkan lagi melihat sosok ganteng itu di layar kaca. Yang paling menarik, meski dapat serangan Jubir Febri bisa menyikapi dengan tenang –seperti Johan Budi sebelumnya–, argumentasi tangkisannya teratur. Bahasanya juga tertata, meski sedari kecil tinggal di Padang, lidah urang awak-nya sama sekali tak terlihat.
Jubir terkenal tak hanya Febri Diansyah, ada juga Ali Mochtar Ngabalin dari Istana Negara, penyambung lidah Presiden Jokowi. Tapi beda dengan Febri Diansyah, kehadiran pertama dia sebagai Jubir,–maaf kata–ditanggapi publik secara negatif. Soalnya, sebelumnya adalah pendukung Prabowo saat Pilptes 2014. Bagaimana mungkin, dulu menyerang Jokowi kok sekarang jadi pembelanya?
Sebagai Jubir Mochtar Ngabalin memang pinter ngomong. Cuma, manakala diserang dalam dialog di TV, dia menjawabnya sering dengan emosi. Karenanya di medsos Mochtar Ngabalin sering dipelesetkan menjadi Mochtar Nyebelin.
Tapi Mochtar Ngabalin lebih “beruntung”. Selain jadi Jubir Istana, dia juga komisaris PT Angkasa Pura, sehingga gajinya dobel. Semoga saja peruntungan nasib Febri Diansyah ke depan membawanya ke Istana pula, sehingga menemani Mochtar Ngabalin dan Fajrul Rachman. (gunarso ts)