JAKARTA – Banyaknya penduduk menjadi penyebab angka kebakaran di Jakarta Timur terbilang sangat tinggi. Pasalnya, selama tahun 2019, Suku Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (PKP) Jakarta Timur, menangani 568 kasus kebakaran yang terjadi di 10 kecamatan.
Kepala Seksi Pengendalian Kebakaran dan Penyelamatan Sudin PKP Jakarta Timur, Gatot Sulaeman, mengatakan selama satu tahun ini menangani 568 kasus kebakaran. Dari semua musibah yang terjadi, penyebab tertinggi didominasi arus pendek listrik yang mencapai 265 kasus.
“Untuk kebakaran yang dipicu kompor gas ada 53 kasus, rokok 22 kasus, dan sisanya disebabkan faktor lain,” katanya, Kamis (26/12/2019).
Bila dirinci, kata Gatot, dalam satu hari rata-rata ada dua kasus kebakaran terjadi karena setiap bulannya lebih dari 30 kejadian. Hal itu terlihat dari data pada Agustus 2019 lalu dimana pihaknya menangani kebakaran sebanyak 78 kasus.
“Dari semua kejadian itu, total nilai kerugian materiil akibat kebakaran itu ditaksir mencapai Rp91,6 miliar,” ujarnya.
Gatot menambahkan, pihaknya juga sudah memberi pengawasan ekstra untuk wilayah di tiga kecamatan yang rawan kebakaran. Pasalnya, potensi kebakaran di wilayah itu sangat besar lantaran padatnya penduduk. “Wilayah itu seperti di kecamatan Cakung, Duren Sawit, dan Jatinegara,” terangnya.
Dicontohkan Gatot, daerah padat hunian itu seperti yang terlihat di Klender, Duren Sawit. Dimana potensi kebakaran itu sangat besar terlebih bila ditinggal mudik oleh pemiliknya.
“Karena di daerah yang padat, api bisa dengan cepat merambat bila dari salah satu rumah lupa mencabut listrik dan sebagainya,” terang Gatot.
Sejauh ini, kata Gatot, pihaknya sudah kerap kali mengimbau warga dalam mencegah si jago merah mengamuk, namun hal itu belum sepenuhnya berhasil. “Dari pihak kami sudah mengingatkan masyarakat, permasalahan masyarakat mengindahkan atau tidak itu kan perilaku mereka sendiri,” ujarnya.
Sebelumnya, tambah Gatot, pihaknya telah menempelkan stiker imbauan bagi warga. Informasi itu ditempel di pos RT, RW, hingga SPBU berisi tips bagaimana meninggalkan rumah agar selamat dari amuk si jago merah. “Tidak menyambung listrik sembarangan, saat meninggalkan rumah semua perangkat elektronik dicabut, regulator tabung gas juga dicopot. Insya Allah aman rumahnya,” tuturnya.
Bahkan, kata Gatot, pihaknya juga telah memberikan pelatihan penanggulangan saat terjadi kebakaran kepada warga. Harapannya ketika musibah terjadi masyarakat bisa meredam amuk atau bahkan memadamkan kobaran api sebelum personel tiba di lokasi. “Pelatihan itu agar saat terjadi kebakaran mereka dapat antisipasi sedini mungkin,” lanjut Gatot. (ifand/yp)