Oleh: Harmoko
TAHUN baru sudah di ambang pintu. Selangkah lagi kita menapaki tahun 2020 yang penuh pesona, kaya akan karya nyata dan berharap lebih sejahtera. Tahun harapan terwujudnya impian menjadi kenyataan.
Negeri kita penuh pesona sebuah realita. Indonesia memiliki daya tarik, daya pikat yang sangat tinggi karena adat budayanya, keindahan alamnya, keberagamannya, toleransinya, keramah tamahan masyarakatnya, kedamaian dan ketenangan situasinya.
Penuh pesona karena di tahun depan negeri kita akan semakin megah kelengkapan infra strukturnya, kian tersedia moda transportasi modern yang sejajar dengan negara maju lainnya.
Kaya akan karya nyata juga sebuah kenyataan. Semakin banyak hasil produk kita yang bisa disejajarkan dengan negara lain, baik di bidang industri, pengembangan teknologi digital, ekonomi kreatif maupun seni budaya yang mengedepankan kearifan lokal.
Tak sedikit produk lokal hasil karya anak bangsa telah mendunia. Sebut saja Radio Magno. Radio terbuat dari kayu dan diolesi oleh minyak kayu. Bentuknya unik dan menarik. Karena keunikannya, diminati oleh negara-negara di dunia seperti Jepang, Perancis, Finlandia, hingga Inggris
Konon, radio ini dibandrol dari harga 200 hingga 300 dolar AS atau sekitar 3,5 juta rupiah.
Belum lagi kerajinan tangan seperti gerabah, sandal atau tas berbahan kedebok pisang, lampu dan guci dari kulit kerang. Tas berbahan bambu, kayu ukiran, batik, dan masih banyak lagi.
Bahkan, sekarang di bidang seni banyak budaya lokal yang mendunia dengan memanfaatkan teknologi digital.
Penuh pesona dan banyaknya karya nyata anak bangsa merupakan kekayaan negeri kita yang tak ternilai harganya. Ini sebuah kekuatan, potensi tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk lebih mampu bersaing di dunia.
Alam kita sangat indah, tidak dipungkiri. Keberagaman adat dan budaya kita, dunia pun telah mengakui. Begitu pun keramah tamahan bangsa Indonesia terhadap tamu, wisatawan mancanegara mengacungi jempol.
Tetapi pesona yang melekat pada negeri kita akan memudar, jika bersifat monoton, tanpa sentuhan kreasi dan inovasi. Begitu pun banyaknya karya nyata yang sudah mendunia akan tergilas negara lain, jika tanpa kreativitas, tiada upaya pengembangan.
Suka atau tidak suka, kemajuan teknologi digital mendorong upaya pengembangan produk lokal, di sisi lain, semakin menumbuhkan persaingan menyusul kian banyak munculnya pendatang baru. Jika tak segera diantisipasi bisa menggeser produk lokal kita.
Apa yang harus dilakukan? Jawabnya ada pada kesiapan diri kita sendiri untuk selalu mengamati setiap perkembangan yang terjadi, utamanya geliat produk negara lain, yang coba menyamai produk kita.
Mengawali tahun baru menjadi momen tepat untuk memulai perubahan besar. Setidaknya ada tiga hal mendesak yang perlu dilakukan.
Pertama, menyinkronkan kebijakan
pemerintah melalui beragam pelatihan keterampilan yang diarahkan untuk pengembangan bakat. Sinkronisasi diperlukan mengingat terdapatnga beda potensi di masing – masing daerah, baik sumber daya alam, adat budaya dan manusianya (masyarakatnya).
Advokasi keterampilan kekinian diperlukan sejalan dengan tren anak muda sekarang, yang mulai tertarik mengemas kearifan lokal menjadi mendunia.
Dengan kemajuan teknologi digital memudahkan dan membuka peluang generasi era kini menciptakan produk lokal menjadi unggulan. Tentu, potensi ini perlu difasilitasi melalui serangkaian kebijakan yang tersinkronisasi.
Kedua, mendorong anak muda tiada henti berkreasi dan berinovasi. Pengalaman membuktikan banyak produk lokal kalah bersaing dengan barang serupa dari mancanegara di pasar dunia akibat kita terlambat menyikapi. Satu di antaranya, kurang totalnya berkreasi karena terbentur berbagai kendala dan situasi.
Ketiga, perlunya dukungan masyarakat dalam menyikapi produk lokal. Bangga produk dalam negeri hendaknya tak sebatas retorika, tak cukup pada ucapan tanpa kenyataan. Bilang cinta produk dalam negeri, tetapi perilaku pola konsumsi serba produk luar negeri, jaga gengsi.
Bagaimana mungkin kreasi dan inovasi generasi digital dapat total dilakukan kalau hasil karyanya kurang dihargai oleh bangsanya sendiri yang masih suka pamer barang impor, ketimbang menggunakan, apalagi membeli produk dalam negeri.
Sikap semacam ini menjadi salah satu penghambat cepat terwujudnya pemerataan kesejahteraan sosial.
Lebih – lebih kesejahteraan tidak saja menyangkut bidang ekonomi, juga aspek sosial, budaya, politik dan keamanan.
Mari kita berkomitmen melakukan perubahan, termasuk dalam menyikapi hasil karya anak bangsa untuk mendorong pemuda era kini lebih total berkreasi dan berinovasi mengembangkan potensi kearifan lokal. Ciptakan sebanyak mungkin beragam kearifan lokal yang menjadi kekuatan negeri kita ke level regional dan internasional.
Semoga tahun 2020 bukan sebatas menjadi tahun harapan, apa lagi” harap- harap cemas”. Tetapi, tahun impian menjadi kenyataan. Kita meyakini itu bisa, sepanjang kita mau dan berani memulai dari diri sendiri.
Saatnya memulai karena masa depan akan ditentukan oleh apa yang dilakukan sekarang. Kalau tidak hari ini, mau kapan lagi? (*).