Saturday, 28 December 2019

Antara Nyinyir dan Kritis

Jumat, 3 Agustus 2018 — 6:44 WIB
nyapu

PERKEMBANGAN jagad maya yang demikian pesat, ditambah kran demokrasi yang terbuka lebar membuat orang bebas mengekspresikan apa yang ada di kepalanya. Tak bisa lagi membedakan antara kritis, nyinyir, sarkasme, dan lainnya.

Hidup di zaman now ini, sepertinya kita menganut free speech, apa saja dikomentari. Terlebih bila ada yang berseberangan pendapat. Komentar nyinyir pun berseliweran di dunia maya. Politisi, pejabat publik, selebritas dan orang-orang top lainnya sudah pasti jadi sasaran empuk.

Di dunia politik, sasaran kaum ‘nyinyirs’ tentu saja tokoh politik dan pejabat. Kebijakan yang dibuat, semua salah di mata kelompok bukan pendukungnya. Contoh, Kali Item di depan Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta Barat, yang selama bertahun-tahun baunya minta ampun.

Ketika Gubernur Anies bikin kebijakan memasang waring (penutup) supaya bau tidak mengganggu atlet Asian Games yang menginap di wisma, komentar nyinyir pun bermunculan. Bukan kritisi dan solusi yang dilontarkan. Saat JPO Bundaran HI yang mengganggu estetika dan menghalangi pandangan ke Patung Selamat Datang dibongkar, juga dinyinyiri. Bahkan pejabat juga ikut nyinyir.

Ketika Pelican Cross sebagai pengganti JPO dibuat, nyinyires berkata ‘jadi panas nih jalan, biasanya ada atap’. Tapi tidak sedikit yang malah gembira, yaitu warga yang nggak kuat naik tangga penyeberangan dan kaum disabilitas. Pohon plastik kerlap-kerlip yang tadinya dipasang untuk mempercantik Jl. Thamrin, juga dicibir netizen yang tidak tahu hiasan itu ternyata dibeli di era gubernur sebelumnya.

Presiden Jokowi juga kerap jadi sasaran nyinyir. Kartu Ajaib yang diluncurkan presiden, dibanding-bandingkan dengan kantung ajaib Doraemon. Pendek kata, nyinyir kini sudah dianggap biasa. Telinga pejabat pun sudah biasa ‘pengung’ gara-gara dinyinyiri.

Nyinyir dan sinis mengandung kebencian, mengkritik tanpa solusi. Kritis, kedudukannya lebih tehormat. Karena mengoreksi berdasarkan dalil dan tujuannya membangun. Pilih nyinyir atau kritis?

Jeng Adri.