Thursday, 12 December 2019

Yudi Latif: Warisan Leluhur Bisa Jadi Ancang-ancang Bagi Masa Depan

Senin, 9 September 2019 — 18:37 WIB
Yudi Latif saat memaparkan soal warisan leluhur. (rizal)

Yudi Latif saat memaparkan soal warisan leluhur. (rizal)

JAKARTA –   Yudi Latif, mantan Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), menyatakan bangsa Indonesia harus memanfaatkan warisan luhur (legacy) dari masa lalu untuk menjadi ancang-ancang bagi masa depan.

Legacy penting bagi bangsa Indonesia untuk melihat masa lalu sehingga memiliki wawasan historis dan mengambil pelajaran berharga.

“Tapi bagi kebanyakan kita, kembali ke masa lalu itu diartikan sebagai kemajuan itu sendiri. Padahal, masa lalu itu sebagai inti untuk menemukan pelajaran. Dengan menengok ke masa lalu itu layaknya menengok ke spion, jalan kita tetap ke depan,” kata Yudi dalam FGD bertajuk ‘Implementasi Pancasila dari Masa ke Masa’, yang digelar oleh  Mediatrust, di Jakarta, Senin (9/9/2019).

Yudi menilai jika bangsa Indonesia mau berlari kencang dalam pembangunan, bercermin dari banyak kasus, memang dibutuhkan mundur beberapa langkah untuk berancang-ancang. “Tapi tujuan kita kan ke depan, bukan ke masa lalu itu sendiri,” katanya.

Dengan cara seperti itu, lanjut dia, bangsa Indonesia bisa lepas dari ‘penjara’ masa lalu.

“Maksudnya, dahulu kita ini meratapi kenyataan bahwa di Orde Baru terjadi de-Soekarnoisasi. Lalu sekarang, kita melakukan re-Soekarnoisasi. Tapi tetap hati kita terpenjara di masa lalu. Mestinya kita mampu untuk melampaui masa lalu itu. Ini yang membuat politik di Indonesia tidak bisa lepas dari masa kekanak-kanakannya tadi, masa lalu itu diulangi bukan dilampaui. Ini yang salah kaprah,” jelasnya.

Menurut Yudi, kalau dilihat masa lalu itu tidak sepenuhnya terang, tidak sepenuhnya gelap. “Sebutlah seluruh kejelekan Orde Lama, kita masih bisa mencari aspek-aspek kebaikan dari Orde Lama, paling tidak yaitu kita pada masa berkobar-kobar keluar dari masa penjajahan, membangun integrasi nasional (national building) dimulai. Lalu kita lihat Orde Baru, ada lorong-lorong gelap Orde Baru.

Tapi di balik lorong-lorong gelap itu ada capaian Orde Baru yang tidak bisa kita nafikkan. Bagaimana dari negara yang tadinya defisit, inflasi merajalela, pangan kekurangan di mana-mana, namun Orde Baru bisa menyelesaikan masalah pangan, dan lain-lain,” paparnya.

Yudi menambahkan untuk mengambil wawasan dan pelajaran berharga dari masa lalu, bangsa Indonesia sebaiknya membuat  ‘pagar’ atau rambu-rambu.

“Kita lihat masa lalu mana yang tidak boleh diulangi lagi, tapi juga melihat mana legacy di masa lalu di Orde Lama dan Orde Baru yang pantas dan baik untuk dilanjutkan,” jelasnya. (rizal/tri)