MENJALANI hidup seperti air mengalir. Pola hidup ini diterapkan Aiptu Johanis Lainsamputty. Bintara tinggi yang sudah 37 tahun mengabdi di Krops Bhyangkara, kini ditugaskan di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polsek Senen.
Sejak lulus Secaba 1987, selama 12 tahun dia bertugas di jajaran Polda Ambon. Di Pulau Ambon Manise ini, dia curahkan hidupnya sebagai anggota Polri.
Selama itu dia banyak bertugas sebagai Bhabinkamtimas dan Shabara. Memberikan penyuluhan Kamtibmas hingga memberdayakan masyarakat di pulau-pulau kecil di Kepulauan Ambon, dia jalani.
“Nyaris selama berdinas di pulau-pulau itu, saya jarang pulang,” kenangnya.
Misalnya, berangkat Senin pagi menumpang perahu nelayan, dua pekan kemudian baru bertemu anak istri. “Dua hari di rumah, dinas lagi, terus menerus seperti itu,” katanya.
Tugas itu dia jalani penuh ihklas. Tak heran, masyarakat di pulau-pulau itu memanggilnya sebagai ‘Bapak Kamtib’. “Setiap pulang ke rumah, saya selalu dibekali bahan pokok sembako. Saya menolak, karena menerima gaji sebagai anggota Polri, tapi mereka bersikeras, akhirnya saya terima,” katanya.
Karena jarang pulang dan istri harus punya aktivitas, Johanis menyisihkan sebagian gajinya membuka warung sembako. Dari usaha yang dikelola Susana, istrinya, perlahan-lahan mereka mampu memiliki rumah sederhana dan menyekolahkan ketiga putra putrinya. Pada 1999, Johanis dimutasikan ke jajaran Polda Metro Jaya. Dia boyong istri dan ketiga anaknya.
MENANGIS
“Saat itu warga di kepulauan menangis dan keberatan, tapi saya katakan sebagai anggota polisi harus siap ditugaskan di mana pun. Saya berjanji usai pensiun akan kembali ke Ambon Manise,” katanya.
Di tempat yang baru dia ditugaskan sebagai penjaga tahanan di Polres Jakarta Pusat. Dia mengontrak rumah di Perumunas Rawalumbu, Bekasi.
Kala itu, Johanis berpangkat Brigadir Kepala merasa kikuk, sebab berhadapan dengan orang-orang dari berbagai suku dan ras. Namun, prinsip hidupnya, bak air mengalir, dia jalani dengan penuh ikhlas dan iktiar.
Setelah bertugas, dia berkerja sampingan, mulai jadi ojek dan petugas keamanan. Hidup prihatin di kota metropolitan selama belasan tahun dijalani bersama keluarganya.
GADAIKAN SK
Maklum selama tugas di Jakarta, dia nyaris tak pernah ditugaskan di tempat ‘basah’ seperti rekan-rekannya. Tak heran, Johanis kerap meminjam uang ke Koperasi Primkopol, buat biaya sekolah anak. “Bahkan SK sebagai anggota Polri beberapa kali saya gadaikan ke bank,” ucapnya.
Alhasil, putra pertamanya, Vlad, meraih sarjana dan kini bekerja di RS Carolus, Jakarta Pusat. Putra keduanya, Romareo, kini mengikui jejaknya sebagi anggota Korps Bhayangkara.
Sedangkan si bungsu Dewita, kini bekerja di sebuah BUMN. Berkat uluran ketiga anaknya. kini dia mampu memiliki rumah sendiri di Rawalumbu.
Sukses mengantarkan anaknya menjadi ‘orang’ membuat Johanis dan istrinya bangga. “Hiduplah seperti air mengalir. Berusaha keras, jujur, dan berdoa. Jangan iri dengan rezeki orang, Pasti kita bisa,” tandasnya.
Kini dengan pangkat Aiptu, Johanis bertekad akan menghabiskan masa purna baktinya dengan tinta emas.
“Sisa 3,5 tahun ini akan saya jalani seperti 37 silam, tanpa cacat. Setelah itu, kembali ke Ambon Manise seperti janji saya kepada warga di sana. Saya dan istri menikmati sisa hidup ini bersama-sama,” pungkasnya. (silaen/iw)