JAKARTA – 87 dari 90 mahasiswa yang terluka mendapat perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, sudah diperbolehkan meninggalkan rumah sakit.
Hal tersebut diungkapkan Direktur RSPP Kurniawan Iskandarsyah saat jumpa pers, Rabu (25/9).
“Pada saat itu masuk sekira 3 orang pukul 16.30 WIB, lalu pukul 17.00-18.00 terus berdatangan sampai 20, 30 (pasien), terakhir pukul 01.00 WIB itu totalnya ada sekitar 90 pasien,” katanya.
Kurniawan menyebutkan, 74 pasien di antaranya masuk kategori hijau dan dalam keadaan stabil. Sedangkan 14 pasien masuk kategori kuning atau perlu observasi dan 2 lainnya kategori merah.
“Sebanyak 74 kondisi kategori hijau, cukup stabil, kesadaran penuh, sehingga pasien kami observasi beberapa saat dan bisa dipulangkan. Kategori kuning sebanyak 14 orang membutuhkan observasi, kebanyakan dari mereka ini datang akibat gas air mata, beberapa trauma tumpul, dari dua orang kategori merah yang harus diobservasi ketat,” ujarnya.
Kurniawan menambahkan, 87 pasien sudah dipulangkan oleh pihak RSPP. Kebanyakan korban yang dipulangkan mengalami sesak napas, mata perih, dan mual.
“Kebanyakan itu akibat gas air mata, mual, mata perih, dan beberapa lecet-lecet, artinya tidak ada luka serius, jadi itulah keluhan-keluhan yang terjadi dan kami bisa lakukan observasi penanganan dengan baik sehingga 87 pasien yang bisa kami pulangkan setelah observasi di RSPP,” tutur Kurniawan.
Sebelumnya, RSPP menyatakan, ada 81 pasien massa demo yang ditangani pihaknya. Dua di antaranya mengalami benturan di kepala. Sementara, tiga mahasiswa yang menjadi korban luka saat kericuhan demonstrasi di depan gedung DPR masih menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Salah satu mahasiswa disebut mengalami pendarahan otak.
Kurniawan menuturkan, saat ini mahasiswa yang mengalami pendarahan otak itu dirawat di ICU dan dalam kondisi stabil. Pasien pendarahan otak tersebut masih perlu dipantau lebih lanjut.
Naufal Nobil Siregar, Mahasiswa Universitas Pertamina,19, mengaku terkena tembakan peluru karet saat ikut aksi di DPR. Namun pihak RSPP belum bisa memastikan penyebab luka yang dialami oleh Nobil. “Itu pengakuan sepihak dari pasien, dokter nggak bisa lihat ada peluru atau enggak,” kata Kabid Humas RSPP Agus W kepada wartawan, Rabu (25/9).
Agus memastikan, dari ratusan mahasiswa yang dirawat di RSPP tidak ada yang menjadi korban penembakan. Pihak RSPP juga tidak menemukan adanya peluru. Menurutnya, pengakuan Nobil itu harus dibuktikan dengan adanya peluru.
Muhammad Dimas Sabidin, Humas AMIM yang juga mahasiswa UIN Jakarta menuturkan, dari UIN Jakarta sendiri ada 600 mahasiswa yang turun unjuk rasa.
Kami mahasiswa ingin mendesak RUU KPK itu dibatalkan atau di counter dengan Perppu. (adji/tri)