Thursday, 07 November 2019

Soal Preman di Bekasi, Pengamat: Masalah Kesenjangan Ekonomi

Kamis, 7 November 2019 — 6:34 WIB
Sejumlah preman yang berkedok anggota Ormas, diamankan di Mapolrestro Bekasi Kota. (saban)

Sejumlah preman yang berkedok anggota Ormas, diamankan di Mapolrestro Bekasi Kota. (saban)

BEKASI – Kata preman yang diaitkan dengan Kota Bekasi menjadikan sejumlah kalangan gerah. Salah satunya bagi pengamat sosial yang juga doktor asli Bekasi, DR H Abdul Khoir MPD.

Beberapa hari belakangan video terkait desakan ormas meminta jatah lapak parkir di minimarket viral di dunia maya. Pemkot Bekasi kemudian dituding melindungi aksi premanisme. Meski kemudian hal ini dibantah dan meminta maaf.

“Saya lebih menilai dari sisi sosial, kenapa hal ini bisa terjadi,” kata DR H Abdul Khoir MPD, aktivis pendidikan yang juga mantan Ketua DPD KNPI Kota Bekasi.

abdul khoir1

Pertama, hal ini menunjukkan kondisi riil di lapangan adanya gap kesenjangan ekonomi yang cukup signifikan. Pemerintah harus tanggap dengan mencarikan solusi agar tidak semakin jauh.

Kota Bekasi merupakan wilayah urban. Persaingan dunia kerja sangat ketat. Masyarakat Kota Bekasi sering menjadi sempit. Maka kemudian ada yang mencari solusi dengan mencari sektor informal.

Kedua, katanya, perlu ditinjau lagi masalah perizinan minimarket di lapangan. Pasalnya, banyak diketahui minimarket ini berdiri kemudian sekitar lima warung warga tutup. Coba dibayangkan, kalau saja ada 600-an minimarket yang ada, maka sudah berapa warung tradisional yang tutup.

Ketiga, saya kira benar kalau Pwmerintah sudah membuka diri akan melakukan pembinaan kepada ormas. Tinggal bagaimana model pembinaan yang dipilih sehingga sesuai peraturan.

Disinggung, ada preman yang berlindung di balik ormas, Abdul Khoir menampik hal tersebut karena lebih bersifat individu dan tidak bisa digeneralisir komunutas atau ormasnya. (chotim/win)