RUPANYA Fahira, 30, praktisi selingkuh berdarah dingin. Begitu tenangnya dia punya PIL, sampai-sampai anak balitanya dibawa serta. Tanpa sepengetahuan Fahira, si balita cerita pada ayah bahwa diajak Oom Adi ke mana-mana bahkan dibelikan mainan. Idrus, 35, suaminya jadi curiga dan terbongkarlah skandal itu.
Bocah itu sangat jujur dan lugu, tak tahu politik apa yang sedang dimainkan orangtua, dan tak tahu pula resiko akan kepolosannya. Maka banyak skandal asmara para orangtua yang terbongkar gara-gara kejujuran si anak. Jika sudah begini tahu sendiri akibatnya. Tak sekedar Perang Baratayuda dalam rumah, banyak juga yang berujung pada perceraian.
Fahira warga Surabaya memang keluarga muda. Punya anak satu masih balita, namanya Joni, 3. Demi mengembangkan karier, suami rela sering berpisah dengan keluarganyaa. Seperti yang terjadi sekarang, Idrus bekerja di Jakarta, sementara istri dan anak tetap tinggal di Surabaya. Hanya dua minggu sekali Idrus pulang ke Surabaya, dalam rangka tentu saja, setor bonggol dan benggol.
Dapat pasukan rindu yang mengkriastal hanya 2 minggu sekali, jelas Fahira merasa kekurangan. Kebetulan ada lelaki lain yang tega memanfaatkan kevacuman tersebut. Mulailah Hadi, 40, mendekati Fahira yang cantik dan seksi itu. Si cowok memang sudah mempelajari medan, bahwa wanita yang sering ditinggal suami pasti kesepian. Karenanya, ibarat Pilkada satu putaran juga kena!
Ketika tahu Fahira sedang vacum, Hadi mendekat dan lama akrab. Di sinilah jaring-jaring perselingkuhan mulai ditenun. Fahira sama sekali tak keberatan ketika diajak jalan-jalan. Karena di rumah tak ada pembantu, terpaksa balita si Joni dibawa pula. Ini ada untungnya juga, bagi yang tak tahu keberadaan Fahira dan Hadi bersama bocah balita pasti dianggap pasangan suami istri.
Hadi memang pintar jualan cinta. Dia tak hanya mendekati emaknya, tapi juga anaknya. Maka setiap jalan bareng, Joni selalu dibelikan mainan berupa mobil-mobilan sampai kereta-keretaan. “Naik keleta api tut tut, siapa hendak tulut, ke Bandung Sulabaya, bolehlah naik dengan pelcuma……” begutulah kata Joni ketika sedang bermain dengan kereta-keretaannya.
Mereka pun kemudian menginap di hotel, tentu saja balita Joni diajak serta. Nah, ketika si balita sudah tidur, Hadi-Fahira sibuk dengan keperluan orang dewasa. Fahira yang merasa kehausan lantaran suami jarang pulang, menjadikan dia begitu rakus dan lahap mereguk asmara yang ditawarkan Hadi. Ibaratnya kambing, Fahira ngemel (doyan sekali) disodori daun nangka yang muda nan hijau. Mbeeeek……
Ini berulangkali terjadi. Ketika suami pulang, Fahira pun berpesan pada Joni agar jangan cerita kalau diajak Oom Hadi ke mana-mana. Namanya juga bocah, Joni tak tahu makna pesan ibunya, dan tak tahu pula resiko apa yang terjadi ketika pesan itu dilanggar. Dan si Fahira yang memang tak pernah belajar Ilmu Jiwa Anak, karena memang bukan lulusan sekolah guru, enteng saja berpesan pada sang balitanya.
Anti klimaks itu terjadi beberapa hari lalu. Saat bapak pulang dari Jakarta, Joni pun pamer bahwa banyak dibelikan mainan oleh Oom Adi. Karena si bocah sering ngomong soal Oom Hadi, lama-lama Idrus jadi curiga, siapa sebetulnya sosok Oom Hadi ini. Diam-diam dia melacak jejak digital di HP istrinya. Terjawab sudah, di situ memang ada nama Hadi yang suka kirim berita kemesraan pada Fahira.
Ditunjukkan fakta ini, Fahira tak bisa berkutik. Dia pasrah saja, karena tak menyangka bahwa sepakterjangnya selama ini, dengan mengajak balitanya, adalah sebuah kebodohan tingkat dewa. Maka ketika hari berikutnya Idrus mengajak ke Pengadilan Agama Surabaya untuk gugatan perceraian, dia hanya bisa bilang, “Ya ayo…..!”
Ayo ngguyu, ngguyu maneh! (gunarso ts)