Wednesday, 27 November 2019

Jokowi Angkat 7 Stafsus Milenial, Fahri: Itu Etalase Duta Anak-anak Muda

Sabtu, 23 November 2019 — 22:22 WIB
Presiden Jokowi bersama staf khusus dari kalangan muda. (ist)

Presiden Jokowi bersama staf khusus dari kalangan muda. (ist)

JAKARTA –  Terkait penunjukan 7 staf  khusus milenial  Presiden Jokowi dari kalangan milenial itu, Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia, Fahri Hamzah  mengingatkan, sebenarnya pekerjaan menjadi staf khusus presiden bukan pekerjaan yang mentolerir kapasitas tidak memadai, tetapi harus betul-betul orang-orang yang bisa memberikan keahlian dan tenaganya, serta talentanya untuk membantu presiden.

“Karena sekali lagi, sejarah pengangkatan staf khusus itu memang harus terdiri dari orang-orang yang memiliki kapasitas, meskipun dia politik. Memang itu merupakan hak prerogatif presiden untuk mengangkat staf, tapi perlu diingat bahwa pekerjaan (staf khusus) itu pekerjaan yang cukup berat. Atau mungkin presiden tdak punya teminologi lain yang digunakan untuk memilih orang, sehingga cenderung menggunakan triminologi staf khusus, maka mungkin juga fungsinya di buat lain, begitu,” ucapnya, Jumat.

Fahri juga mempertanyakan,  mungkin Presiden Jokowi mengangkat 7 stafsus ini semacam etalase yang kalau di dalam bahasa umumnya bisa ditangkap sebagai duta dari anak-anak muda atau kaum milenial, yang oleh presiden dianggap memiliki keahlian tertentu atau prestasi tertentu untuk dikomunikasikan dan mendorong agar anak-anak muda Indonesia untuk berkiprah dan berani dalam bertindak atau berani mengambil keputusan untuk maju ke depan.

“Tapi, memang sayangnya semua ini adalah wajah ‘digital’, sementara digital itu menurut saya bukanlah persoalan dasar bangsa Indonesia. Mengapa? Karena persoalan dasar bangsa ini adalah sektor real, apa yang kita makan, produksi sendiri, pakaian dan apa yang kita tanam,” katanya.

Sementara yang pertumbuhan teknologi digital, lanjut Fahri, tidak menjamin surplusnya sektor produksi, malah justru bisa membuat bangsa ini sebagai bangsa konsumen.

Karena industri digital bisa menjadi alat bagi produk-produk asing untuk secara masif datang ke Indonesia dan mematikan semangat rakyat untuk menjadi produsen di negeri sendiri. Sehingga pertanian mundur, perternakan, kelautan, perkebunan negeri akan mundur.

“Yang seperti itu lah presiden harus memikirkan bahwa anak-anak muda ini bisa menjadi etalase bagi industri digital, tapi harus ada anak-anak muda yang didorong karena menjadi petani, enterprner disektor manufaktur, atau diindustri yang riil, sehingga betul-betul kalau anak-anak  muda seperti itu di maksudkan sebagai etalase anak muda, maka etalasenya pun harus lengkap tidak pincang,” ujarnya.

Sebenarnya, anak-anak yang dipilih menjadi staf khusus itu bukanlah anak-anak yang bisa di tiru oleh semua anak-anak muda Indonesia, yang mayoritas masih hidup di pedesaan. Karena anak-anak yang dpilihi itu adalah anak-anak perkotaan yang memang tumbuh dengan teknologi dan pengetahuan yang lebih dri lainnya, demikian mantan Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 itu menambahkan.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi pada Kamis kemarin (21/11/2019) resmi mengangkat 7 staf khusus dari kalangan milenial untuk membantunya dalam menjalankan roda pemerintahan lima tahun ke depan. Sedang tugas para staf khusus kalangan milenial itu untuk mengembangkan inovasi di berbagai bidang.

Mereka yang diangkat sebagai staf khusus antara lain CEO dan pendiri Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung (23 tahun), pendiri Ruangguru.com Adamas Belva Syah Devara (29), perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi (34), pendiri Thisable Enterprise yang juga kader PKPI Angkie Yudistira (32).

Ada pula  pemuda asal Papua lulusan Universitas Oxford Gracia Billy Mambrasar (31), mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminuddin Maruf (33). Kemudian, pendiri perusahaan tekonologi finansial Amartha yang juga lulusan ITB Andi Taufan Garuda Putra (32). (win)