- SAAT ditugaskan di Kementerian Koperasi, Irsyad Muchtar merasa ‘dibuang’ dari kantornya Harian Media Indonesia. Namun tak disangka, urang Minang ini justru meraih Satyalancana Wirakarya dari Presiden Joko Widodo.
“Sebenarnya saya kejeblos. Penempatan saya di Departemen Koperasi sebagai hukuman karena memberitakan hal tabu bagi penguasa saat itu, tahun 1989. Syahwat saya di politik,” ujarnya, kemarin.
Tapi dalam perjalanan berikutnya, pria jebolan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada 1985 itu justru menyenangi dunia perkoperasian hingga ikut berkiprah di lembaga koperasi.
“Rupanya Allah SWT menghendaki saya harus berkiprah di dunia perkoperasian,” ucapnya.
Satyalancana Wirakarya dari pemerintah yang disematkan di dada Irsyad Muchtar dalam perayaan Hari Koperasi Nasional ke-72 di Purwokerto, Jawa Tengah, berkat kepeduliannya yang begitu mendalam terhadap dunia koperasi.
Berbagai riset terhadap koperasi sudah dilakukan. Ia melihat dinamika sistem koperasi sudah sangat membumi di Indonesia. Koperasi adalah wadah perekonomian yang sangat tepat bagi rakyat, karena berasaskan gotong-royong.
Koperasi juga bisa menjaga kelestarian budaya kebersamaan dalam kerangka persatuan dan kesatuan bangsa. “Atas dasar itu, saya peduli terhadap kiprah koperasi di tanah air,” tuturnya.
Irsyad melihat tantangan sistem perkoperasian ke depan semakin berat, seiring globalisasi yang mengerek era digitalisasi dalam revolusi industri 4.0 memasuki era 5.0.
Sebab setiap orang sibuk dengan gadget di tangan untuk berbagai kepentingan. Mulai curhat, urusan selebritas, hingga berbisnis ria.
“Tantangan itu bisa dan harus, bahkan menjadi peluang bagi koperasi, yang sudah memiliki asas kuat keguyuban (persatuan), juga mampu membangkitkan ekonomi anak bangsa,” ujar lelaki 61 tahun itu. (rinaldi/bi)