RASANYA nggak enak juga ya, sakit gara-gara kebanyakan makan daging kurban? Tapi begitulah, tetangga Bang Jalil terpaksa dilarikan ke rumah sakit.
“ Hemm, kasihan ya, Pak? Baru bisa makan enak, eh malah sakit?” kata istri Bang Jalil.
Bang Jalil, seperti biasa hanya mengangguk.Tapi ini nasihat buat semua. Seperti yang diajarkan oleh agama, manusia tidak boleh terlau kemaruk atau serakah. Termasuk mengupulkan kekayaan. Apalagi mencari dengan jalan yang menyimpang. Korupsi.
Ya, makan juga nggak boleh berebihan. ”Seperti yang diingatkan Nabi, berhentilah makan sebelum kenyang!” kata Bang Jalil.
“ Masih ada hari esok,ya Pak?” kata sang istri.
Kita patut bersyukur karena masih banyak orang yang bekurban. Mereka yang punya, menyisihkan hartanya untuk membeli hewan kurban dan dagingnya disalurkan pada yang membutuhkan.
“Kita juga kalau banyak duit berkurban, ya Pak?” kata sang istri.
Soal berkurban jangan menunggu kaya atau banyak duit. Kurban boleh dilakukan siapa saja dan kapan saja. Yang penting niat dan ikhlas.” Banyak orang kaya berduit, juga ada yang acuh nggak acuh,kan? Masa bodoh. Padahal Allah telah menunjukan peristiswa yang kadang nggak masuk akal. Misalnya nenek miskin, yang cari nafkah sebagai pemulung, tapi mampu berkurban.
Sang istri terdiam. Kalau gitu, Ibu mau nabung buat kurban. Jangan lupa uang belanja dilebihkan, ya Pak. Ingat lho, ini tabungan untuk akhirat!”
Bang Jalil mengangguk. Kepalanya agak pusing karena beberapa tusuk sate kambing. Dan dia tertidur di kursi panjang.
“Hemm, mabok dah tuh. Besok makan tempe aja!” kata sang istri. (massoes)