TANGSEL – Rumah tua ‘berhantu’ bekas peninggalan jaman Belanda di kawasan Kampung Cilenggang, Kelurahan Cilenggang, Serpong, belakangan mendadak rame dibicarakan masyarakat sekitar dengan berbagai keanehan yang terjadi di malam hari.
“Bukan hanya bangunan rumah tua peninggalan jaman Belanda dibiarkan rusak serta ditumbuhi rumput ilalang tapi konon kalau malam hari sering terdengar suara ramai seperti orang berpesta, ” kata Nyonya Rudi, warga Kampung Cilenggang, Serpong, Rabu (14/8/2019).
Bangunan rumah berciri khas kolonial Belanda memang menjadi salah satu bangunan cukup tua di kawasan kompleks unit aneka usaha PT Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII) kini menjadi PTP XI kampung Cilenggang.
Kondisinya sekarang memang tidak sesepi dahulu saat masih perkebunan PTP XI karena sekarang sudah cukup banyak rumah warga di kawasan tersebut.
“Namun, misteri serta keganjilan terhadap rumah peninggalan jaman dulu masih cukup dirasakan bagi warga yang melintas terlebih di malam hari,” ujarnya.
Hal senada dikatakan Joni, warga lainnya, yang mengatakan setiap malam di rumah tua peninggalan belanda itu ramai suara seperti berpesta. “Kalo malem hari ada suara-suara bang, mungkin dulunya tempat berkumpulnya orang-orang Belanda,” ujarnya.
Tidak hanha suara hiruk pikuk dan ramai saja di dalam rumah tersebut, ujar Joni yang juga penjaga perkebunan tapi dirinya kerap melihat sesosok wanita seperti noni-noni Belanda sering bermunculan dari rumah tua yang tak terawat itu. “Perempuan itu terlihat pake gaun pesta yang sering muncul dan suara aneh, nih kalo mau uji nyali disini tempatnya,” katanya.
Rumah Demang Perkebunan
Sementara itu, Sulaiman, salah satu pengurus RT di Kampung Cilenggang, mengakui keangkeran rumah tua peninggalan jaman Belanda masih sangat terasa bagi mereka yang melintas di malam hari.
“Rumah itu dulu merupakan salah satu bangunan untuk pengawas atau demang perkebunan karet di kawasan tersebut, ” tuturnya yang mengaku dirinya merupakan salah satu anak dati pegawai perkebunan di jaman Belanda di kawasan tersebut.
Perkebunan karet disini merupakan pusat komoditi karet bagi pemerintahan Belanda. Awalnya ada 35 perkebunan di Indonesia. Setelah terjadinya nasionalisasi tahun 1950-an menjadi PTP XI dan lahan perkebunan tersisa 70.000meter akibat adanya perkembangan modernisasi kawasan di sekitaran perkebunan karet ini.
Era pemerintahan Presiden Soekarno, PTP XI perkebunan karet menjadi soko ekonomi bagi bangsa Indonesia setelah dinasionalisasi. “Rumah ini menjadi saksi bahwa di kawasan Cilenggang terdapat bukti sejarah jaman dulu, ” ujarnya.
Melihat kondisi bangunan peninggalan jaman Belanda masih berdiri kokoh, imbuh dia, beberapa kali dirinya menyampaikan dalam Musrembang di kelurahan maupun kecamatan, diusulkan agar jajaran Pemkot Tangsel merawat atau memperbaiki rumah tua tersebut agar tidak rusak behitu saja.
“Paling tidak rumah tua peninghalan Belanda yang kerap warga sekitar bilang berhantu dapat diperbaiki atau direhab ulang agar lebih bagus dan menjadi saksi sejarah kawasan Cilenggang,” katanya. (anton/win)