JAKARTA – Pengamat ekonomi dari Cikini Studi Teddy Mihelde Yamin mengatakan, PLN sebagai BUMN seharusnya jangan fokus pada profit saja.
“Ketika subsidi pelanggan 900 VA dicabut subsidi sebanyak 6,9 juta pelanggannya. Kondisi itu berdampak ke masyarakat yang saat ini sedang diserbu berbagai kenaikan,” katanya saat dihubungi, Kamis (5/9/2019) malam.
Pengamat lulusan Notthingham University Inggris ini memghimbau agar pemerintah memperhatikan jeritan hati rakyat yang kini lagi dibebani naiknya iuran BPJS Kesehatan dan naiknya harga pangan.
“Sebaiknya, mempertimbangakan untuk mencabut subsidi listrik untuk pelanggan 900 VA rumah tangga mampu (RTM) pada tahun 2020 mendatang,” katanya.
Teddy mengakaui, PLN sekarang sudah melakukan efisiensi dengan banyak menggunakan pembangkit PLTU batubara dengan segala kekurangannya. Salah satu kekurangannya adalah kasus kematian listrik massal baru lalu.
Teddy menegaskan, listrik pembangkit PLTU batubara tersebut mempunyai resiko yang lama 12-16 jam untuk diaktifkan kembali jika terjadi problem.
“Jika inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap nilai mata uang asing terjaga, tidak ada alasan yang cukup untuk menyesuaikan tarif bagi PLN sekalipun subsidinya dicabut,” katanya. (rizal/tri)