JAKARTA – Seperti menikmati hiburan saja selama mengikuti rangkaian penyusunan Kabinet Kerja II oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dua hari belakangan ini. Masyarakat dibuat menunggu-nunggu siapa saja yang akan ditunjuk jadi menteri. Sejauh ini, yang paling menarik dan masih menjadi pembicaraan adalah masuknnya Prabowo Subianto ke dalam kabinet Jokowi kali ini.
Pro-kontra muncul, karena Prabowo tadinya merupakan lawan politik dalam kontestasi Pilpres 2019. Lantas, ada pula yang melihat, cocokkah apabila Prabowo menjadi menterinya Jokowi.
Soal kecocokan itu, pemerhati budaya Jawa, Ki Jogo Warto mengaku ada yang unik, aneh bin ajaib. Sebab, menurut dia, ternyata Jokowi dan Prabowo dalam pandangan budaya Jawa memiliki kesamaan besar.
“Iya, aneh bin ajaib, naptonnya (hari dan weton lahir) itu sama persis. Itu kalau saya lihat dari segi tanggal lahirnya, lho,” katanya, Selasa (22/10/2019).
Lantas, dia membeberkan hari lahir Jokowi, yakni 21 Juni 1961, setelah dideteksi dihasilkan neptu Rabu-Pon. Lantas, Prabowo Subianto lahir 17 Oktober 1951, dalam pelacakan hitungan nepton, diperoleh Rabu – Pon juga.
Lantas apa artinya dengan neptu yang sama itu? Menurut Ki Jogo Warto, keduanya mempunyai karakter yang banyak kesamaannya. “Karakternya ada kesamaan, jadi kalau untuk kerja sama, punya sisi yang lebih mudah nyambungnya,” kata dia.
Dijelaskannya, karakter orang yang lahir pada Rabu – Pon punya sisi banyak mendapat keberuntungan. Kelompok ini juga terbuka terhadap adanya peluang baru, dan tidak mudah putus asa.
“Orang kelompok ini mudah bergaul karena memiliki ketrampilan sosial dan karakternya menarik,” ujarnya.
Soal keberuntungan itu, Ki Jogo memaparkan, kedua tokoh telah terbukti memperlihatkan keberuntungan. Prabowo dulu di militer melejit demikian cepat, hingga pangkat Letnan Jenderal. Kemudian dia menghadapi hukuman berat, itu karena tindakannya yang dianggap salah.
Ada pun kekalahan Prabowo di Pilpres, lanjutnya, juga karena kalah dari Jokowi yang punya faktor keberuntungan besar. Pembedanya, adalah soal pemberian dari yang di Atas.
“Kalau dalam pandangan budaya Jawa, Jokowi lebih mendekat kepada wahyu, seperti mendekat kepada keluarga mantan Presiden Gus Dur, bahkan Jokowi diberi peci Gus Dur. Sedangkan, Pak Prabowo, mohon maaf, dia sudah sempat menjauhi orang yang pernah mendapat wahyu kekuasaan, mertuanya,” ujarnya.
Kini, kalau keduanya bersatu untuk membangun kekuatan membangun Indonesia, menurut Ki Jogo, merupakan hal yang positif. Apabila kerja sama, akan berlangsung baik. Presiden Jokowi selaku leader yang memiliki peran di depan, dan dia lebih kuat, yang secara hirarki menjadi nahkoda, mendapat dukungan Prabowo.
Ki Jogo lantas mengkaitkan pada istilah pasatowan, yakni melihat nama diri dari segi huruf aksara Jawa, ha na ca ra ka, ..dst. Dalam pasatowan nama diri dilihat dari huruf awal masing-masing, dan dilihat kecocokannya. Nama Jokowi, huruf awalnya Ja, nama Prabowo huruf awalnya Pa.
“Nah, Pak Jokowi huruf awalnya Ja, dan Pak Prabowo mulai dengan huruf Pa. Ini kalau dalam urutan hurus Jawa, persis satu baris, yakni Pa dha ja ya nya. Ini bagus sekali, karena cocok, istilahnya nunggal keraton. Jodoh banget,” ungkap Ki Jogo.
Usai pertemuan dengan Jokowi, Prabowo mengaku ditawari untuk membantu Presiden dalam bidang pertahanan. Santer disebut dia bakal menjadi Menteri Pertahanan.
Melihat hitung-hitungan di atas, maka Ki Jogo Warto meneropong keamanan negara akan terjamin. Insyaa Allah. (win/yp)