Thursday, 05 December 2019

Rangkulan Mesra Dengan PIL Ketika Digerebek Oleh Suami

Jumat, 8 November 2019 — 7:07 WIB
NID-08-11

RANGKULAN mesra Surya Paloh – Sohibul Imam timbulkan kecemburuan politik. Tapi jika Ny.  Hindun, 30, berangkulan mesra dengan PIL-nya, Wahidun, 32, sungguh bikin emosi Amak, 37, selaku suaminya. Untung Amak bukan lelaki sumbu pendek, sehingga skandal istrinya cukup diserahkan kepada polisi.

Kemarin Presiden Jokowi “menyindir” gaya rangkulan Surya Paloh (Ketum Nasdem) dengan Sohibul Imam (Presiden PKS) yang begitu mesra. Ada pihak yang cemburu politik, karena itu sinyal Nasdem-PKS akan berkoalisi di Pilpres 2024 untuk mengusung Anies Baswedan. Bagaimana nggak cemburu, karena jagonya di 2024 nanti bisa terancam lewat oleh Capres yang begitu santun dan ahli menata kata.

Rangkulan Ny. Hindun dengan Wahidun seorang PIL, juga bikin cemburu Amak, warga Palangkaraya Kalteng. Bagaimana tidak cemburu, dia yang suaminya saja tak pernah didekap sedemikian mesra. Sedangkan Wahidun yang bukan apa-apanya, kok malah didekap seperti itu, demikian lengket laksana dilem pakai aibon seharga Rp82 miliar.

Rumahtangga Hindun – Amak memang sedang bergolak, gara-gara nihilnya nota kesepahaman dalam keluarga. Maunya Hundun anggaran  rumahtangga dibuat transparan, kalau perlu dimasukkan website. Maksudnya, berapa gaji suami sebulan, dijelaskan sejujurnya. Selama ini Hindun hanya dijatah, tanpa tahu wujud amplop gaji dan berapa isinya.

Beda dengan Amak, gaji sengaja dirahasiakan agar istri tidak boros sebagai pengguna anggaran. Dia tahu persis gaya wanita jaman now. Jika melihat duit banyak, maunya ke mal melulu. Kebutuhan sekunder dibeli juga, sementara kebutuhan primer jadi nomer dua. Alasannya, “Kalau defisit kan tinggal minta penambahan anggaran.”

Makanya, takut Hindun juga seperti wanita jaman now pada umumnya, anggaran dibikin tertutup, dipasok setiap hari. Gara-gara itu suami istri ini sering ribut. Hindun selalu minta anggaran yang terbuka. Sebab istri cap apapun akan bangga bila diberi amplop gaji seutuhnya tiap bulan. Hal-hal seperti ini harus dipahami para suami. Tapi apa jawaban Amak, “pemahaman nenek lu….!”

Gara-gara neneknya dibawa-bawa, Hindun pun jadi marah. Ributlah keduanya. Dan ini menjadi menu sehari-hari, sampai para tetangga jadi ikut tak tenang karenanya. Mereka sudah pernah menegurnya, tapi Hindun – Amak tak menggubrisnya. Sampai-sampai pernah ada warga menulis di pintu rumah suami istri ini, “Harap Tenang”. Tapi langsung disobek Amak sambil menggerutu, memangnya ada ujian, apa?

Kericuhan rumahtangga ini mengalami anti klimaks ketika Hindun  tiba-tiba menghilang selama beberapa hari. HP-nya dikontak tak pernah dijawab, meski masih aktif. Sampai kemudian ada tetangga yang memberi tahu bahwa pernah melihat Hindun di rumah kontrakan di kawasan Menteng. Tapi sepertinya dia bersama seorang lelaki, jangan-jangan dia itu PIL-nya.

Diam-diam Amak memata-matai alamat itu. Ternyata benar istrinya ada di situ. Langsung saja dia lapor ke polisi, minta diadakan penggerebekan. Satu jam kemudian polisi pun turun tangan. Dan benar saja, di rumah kos-kosan itu ditemukan Hindun-Wahidun tengah berangkulan mesra, bak Surya Paloh – Sohibul Imam.

Benar-benar Amak cemburu dibuatnya. Jika tidak ingat risikonya, mau ngamuk saja bawaannya. Untung Amak memang bukan tipe lelaki sumbu pendek. Tak mau main hakim sendiri, Amak memilih persoalan ini diserahkan ke polisi. Amak yakin Wahidun bisa dipenjarakan, karena telah menzinai  istrinya.

Lagian, kalau mau main hakim sendiri, memangnya sudah siap palunya? (gunarso ts)