LAMPUNG – Mulyadi, pembuat kopi beracun dengan tenang menceritakan alasan dia melakukan pembunuhan. Dia mengakui semua perbuatannya dengan ringan, tanpa ada rasa penyesalan. Ia pun membeberkan alasannya melakukan pembunuhan itu, yakni soal kurangnya bayaran.
“Masalah kurang bayaran uang sapi Rp 5 juta, itu awalnya saya bunuh keduanya. Sapi itu 3 ekor harganya Rp 30 juta, baru bayar Rp25 juta, kurang Rp 5 juta. Kawan saya itu nyolot,” ujarnya.
Karena mitra dagangnya itu nyolot, Mulyadi mengaku kesal. Dari situlah dia merencanakan pembunuhan dengan berencana membuat kopi beracun. Dan berikutnya dia menghabisi kedua rekan dagang yang diundang ke rumahnya, yakni Nursodik dan Sukirno.
“Saya buatin kopi campur racun tikus. Udah sesak, saya hantam linggis, baru kemudian dua- duanya saya karungin. Mayat Nursodik dan Sukirno saya bawa pake motor, ditumpuk. Saya benamkan di sungai, saya kasih pemberat. Yang satu lagi saya lempar diakar pohon,” ujar pelaku Mulyadi.
Usai membunuh pelaku kabur, bersembunyi di pondok kebun warga di Lingkungan Bedeng Akeh, Kelurahan Sinar Jaya Jelutung, Kecamatan Sungailiat, Bangka.
Sebelumnya diberitakan terungkapnya 2 mayat ditemukan warga ternyata 2 belantik (pedagang) sapi yang tewas diracun pakai racun tikus baru kemudian dihantam pakai linggis dan mayatnya dilempar ke sungai. Hal ini diungkapkan Kasatreskrim Polres Lampung Tengah, AKP Yuda Wiranegara pada Senin (4/11/2019). (koesma/win)