MENKO PMK Muhadjir Effendi sedang bikin penasaran orang. Apa bisa mencegah balita stunting atau kunting, hanya dengan sertifikasi pranikah di KUA. Apa hubungannya? Ternyata, sebelum menikah para calon pengantin (CP) diberi penyuluhan tentang perlunya kesehatan dan gizi bagi anak-anak mereka nanti. Oo, begitu……
KSP Moeldoko sempat dicemooh orang, karena memberi resep mencegah balita stunting dengan pelihara ayam sendiri. Menurut teori mantan Panglima TNI tersebut, dengan banyak makan telur bayi akan tumbuh sehat di masa pertumbuhannya. Setelah dewasa, tinggi besar gagah perkasa, rosa-rosa seperti Mbah Marijan.
Mendagri Tito Karnavian bisa jadi mengiyakan teori tersebut. Buktinya dia yang di masa kecil makan kerupuk melulu, badannya tidak bisa tinggi. Ketika sekolah di Akpol Semarang setiap baris ditaruh di belakang karena pendek sendiri. Tapi teori itu dimentahkan oleh SBY presiden RI ke-6. Meski sedari kecil makan kerupuk dingin yang alot, faktanya bisa tumbuh tinggi besar sehingga di AMN Magelang dipanggil teman-temannya: onta!
Presiden Jokowi sering menyinggung bahayanya stunting bagi Indonesia di masa depan. Nah, Menko PMK Muhadji Effendi mencoba resep baru. Setiap CP perlu ikut kursus pranikah selama 3 bulan di KUA dan nantinya memperoleh sertipikat. Kursus ini akan dibuka mulai tahun 2020 mendatang.
Mantan Ketua MUI Dien Syamsudin menolak program itu, masak peristiwa sakral terlalu direpotkan dengan hal-hal formal. Formalnya buku nikah saja cukup. MUI juga senada. Pihaknya baru menyetujui manakala sertifikasi itu tak menjadi syarat utama. Artinya CP baru bisa nikah asal melampirkan bukti sertifikat pranikah.
Menag Fachrul Razi setuja-setuju saja dengan programnya Muhadjir Effendi. Tapi di Kemenag, hal semacam itu sudah sejak lama diurus oleh BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan). Cuma selama ini penekanannya tentang pembentukan keluarga sakinah.
Maka ketimbang kebanyakan tempat dan menambah anggaran, sebaiknya program Kementrian PMK itu demerger dengan program Kemenag di BP4 setiap KUA. Para CP tak hanya diberi penyuluhan menuju keluarga sakinah, tapi juga diberi pemahaman tentang perlunya kesehatan dan gizi bagi ibu hamil, terjaminnya gizi bayi selama 1000 hari di masa pertumbuhan.
Bila program ini berhasil, niscaya 20 tahun mendatang tak ada lagi orang-orang stunting atau kunting gara-gara kekurangan gizi. Data balita stunting sampai 8,8 juta jiwa sekarang ini memang mengerikan. Bila dikumpulkan jadi satu seperti hidup di dunia liliput. (gunarso ts)