Thursday, 28 November 2019

Di TIM Kok Ada Hotel Bintang 5 Revitalisasi Apa Komersialisasi?

Rabu, 27 November 2019 — 6:49 WIB
sentilan TIM

SENIMAN itu tak butuh hotel bintang 5, wong tidur beralaskan tikar plastik juga biasa. Tapi Gubernur Anies Baswedan, tanpa musyawaroh dan mufakot dengan para seniman TIM, membangun hotel berbintang 5 di sana. Keruan saja para seniman protes, Anies mau merevitalisasi atau komersialisasi TIM? Anggarannya Rp 1,8 triliun lho!

Beberapa hari lalu ada pertemuan antara Pemprov DKI dengan para seniman TIM, untuk membicarakan tentang revitalisasi pusat kesenian Jakarta. Tapi terjadi kebuntuan, sehingga Deputy Gubernur bidang budaya Dadang Solihin membentak-bentak para seniman. “Mau diskusi, tidak?” kata sang deputy dengan nada tinggi.

Sepertinya para seniman TIM itu sengaja ngambek, karena mereka tidak diajak bicara sebelumnya. Tahu-tahu bulan Juli 2019 ada peletakan batu pertama oleh Gubernur Anies Baswedan. Revitalisasi itu dianggarkan Rp1,8 triliun, di antaranya revitalisasi mesjid Amir Hamzah, pembangunan gedung parkir, areal kuliner dan hotel berbintang 5.

Kata Gubernur Anies, revitalisasi TIM perlu agar nantinya bisa menjadi pusat kebudayaan Asia bahkan dunia. Agar para seniman yang menghadiri event-event di TIM tak perlu menginap di hotel-hotel  di luar, maka dibangun hotel berbintang 5 di situ.

Di sinilah jiwa seni para seniman mulai berontak, membangun hotel berbintang 5 di TIM berarti telah terjadi komersialisasi gedung peninggalan Bang Ali tersebut. Padahal sedari awal TIM sifatnya non profit, dibangun untuk kiprahnya para seniman, bukan untuk mencari untung.

Jika di TIM dibangun gedung teater megah sebagaimana gedung opera di Sydney Australia, okelah. Tapi ini hotel bintang 5 dibangun di pusat seni dan budaya. Alasan Gubernur agar seniman tak usah cari penginapan di tempat lain, bagi mereka sangatlah aneh. Buat kalangan seniman, tak perlulah hotel bintang 5, wong tidur beralaskan plastik atau bekas spanduk kampanye, juga nyaman saja.

Revitalisasi TIM sampai menghabiskan anggaran Rp1,8 triliun menjadi sangat fantastis. Pembangunan ulang mesjid Amir Hamzah dan fasilitas seni lainnya taruhlah menghabiskan Rp200 miliar, berarti untuk hotelnya sendiri Rp 1,6 triliun.

Ketika para seniman TIM mengajukan keberatan, sayangnya pembangunan sudah berjalan. Mana mungkin disetop. Direncanakan revitalisasi sekaligus komersialisasi TIM ini akan selesai Juni 2021. (gunarso ts)