“KAMI sudah 25 tahun berumah tangga, tapi kandas di tengah jalan,” ujar seorang lelaki setengah baya pada sahabatnya.
Berat ya menjaga keutuhan rumah tangga (RT)? Ya berat nggak berat. Dibilang nggak berat, contohnya ya banyak rumah tangga yang kandas di tengah jalan, karena mereka suami istri tak mampu mempertahankannya. Ada rumah tangga yang baru dibangun seumur jagung sudah kolep, ada juga yang sudah puluhan tahun juga ambruk. Mengapa?
Ya seperti kasus yang di atas, mereka sudah hidup sebagai suami istris sampai beranak pinak. Artinya punya anak dan cucu. Kok bisa pisah? Itulah yang disebut berat.
Tapi kalau mau dibilang ringan kan bisa juga? Misalnya, saling pengertian. Artinya mengerti dan memahami peran masing-masing. Suami sering pulang malam, kalau memang itu pekerjaannya kan nggak masalah.Yang penting, jujur, bahwa benar bekerja. Bukan keluyuran dugem bersama selingkuhan? Ini yang nggak benar.
Begitu juga istri, mengetahui suami selingkuh lantas saja dia balas? Jalan sama lelaki lain? Juga nggak benar. Ini namanya sebelas dua belas! Kau selingkuh, gue balas?
Cobalah salah satu mengalah, jika suami yang salah jalan ayo tuntun ke jalan yang baik. Ingatkan bahwa hidup ini hanya sementara, mau cari yang kayak apa sih? Mau hura-hura terus, wah nggak ada habis-habisnya. Jangan mengikuti jejak setan, mereka memang sudah keblangsak,sesat!
Begitu. Jadi, salah satu memang harus sabar. Selalu berdoa pada yang Maha Kuasa. Yang di Atas, Allah SWT. Berdoa, agar pasangannya, suami atau istri sadar bahwa sedang salah jalan.
Membangun rumah tangga memang berat, tapi menjadi ringan bila pasangan bisa menjaga dengan baik,saling pengertian. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing? Begitu pepatah mengajarkan. (massoes)