Sunday, 17 November 2019

Kampung Digital Sambangi Warga Jakarta Timur

Sabtu, 16 November 2019 — 13:25 WIB
Pengabdi Pengmas Vokasi Humas, Devie Rahmawati (tengah jilbab merah) bersama warga dalam acara kampung digital .(angga)

Pengabdi Pengmas Vokasi Humas, Devie Rahmawati (tengah jilbab merah) bersama warga dalam acara kampung digital .(angga)

DEPOK –  Masih kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penggunaan media online yang baik dalam kebutuhan sehari-hari, Dosen dan Mahasiswa Vokasi Universitas Indonesia (UI) membuka Kampung Digital di Perumnas Klender, Kelurahan Malaka Jaya, Jakarta Timur , Sabtu (16/11/2019).

Pengabdi Pengmas Vokasi Humas, Devie Rahmawati mengatakan dalam kegiatan wawasan seperti aktivitasi Klinik Digital ini turut menghadirkan Praktisi e-Commerce, Arif Fuad, Pengabdi UNJ, Wiratri Anindhita dan Nada. Ada 20 peserta yang terdiri dari masyarakat Kelurahan Malaka Jaya ikut dalam kegiatan ini.

“Dari data hasil studi selama aktivitas Klinik Digital berlangsung semenjak 2018, ditemukan fakta bahwa kelompok digital Immigrant, kelompok masyarakat berusia 35 – 65 tahun keatas memiliki karakter pembelajar digital yang aktif. Namun sayangnya, kecepatan tersebut tidak dibarengi dengan ketepatan dalam memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap dalam mengkonsumsi produk-produk digital. Dampak dari hal ini  kelompok imigran ini menjadi salah satu penyebar berita bohong (hoax) misalnya, ” ujar Devie Rahmawati.

Devie yang merupakan penggiat aktivitas klinik digital sekaligus Dosen Teladan Aspikom 2018 inimenuturkan perbedaan dengan kelompok Native kisaran berusia 15 – 30 tahun. Generasi ini adalah anak kandung peradaban digital. Mereka sudah terbiasa dengan fasilitas digital. Namun sayangnya, kemampuan digital yang sudah mengalir dalam darah mereka tidak selalu dipergunakan untuk aktivitas produktif.

“Dua situasi paradoks inilah yang mendorong Program Vokasi Humas UI merancang aktivitas klinik digital yang menyasar dua kelompok masyarakat ini, untuk diperkuat kompetensi digitalnya. Kelompok digital immigrant diarahkan agar belajar dengan tepat dan tidak latah. Sedangkan digital native dipastikan agar memperkuat kemampuan digitalnya agar mampu menghasilkan uang secara profesional misalnya,” tambah Devie juga pengajar di Swansea University, Wales, Inggris.

Sebagian besar para digital Immigrant adalah ibu-ibu , diberikan pengetahuan tentang bahaya dan berkah dunia digital yang siap menyambut anak-anak mereka seperti pengaruh pornografi, seks bebas, narkoba digital.

Satu sisi lain, lanjut Devie, anak-anak juga dapat memperoleh ketrampilan IT, berbahasa inggris, semangat kolaborasi yang luas di dunia digital. Untuk dapat mengurangi bahaya digital, justru yang harus dilakukan oleh para orang tua ialah menggunakan pola asuh yang sehat untuk anak yaitu pola asuh asertif, bukan otoritarian atau bahkan permisif.

“Sedangkan untuk kelompok usia digital native, kampung digital selalu menghadirkan berbagai pembicara yang dapat membantu mereka untuk memanfaatkan kecerdasan materi digital untuk berkarya. Kali ini, kami membagi pengetahuan tentang agar menggunakan instagram untuk berjualan. Peserta dibimbing dari mulai bagaimana memilih bisnis yang tepat, merancang aktivitas marketing sosial, mengelola akun instagram agar menghasilkan pengikut yang banyak dan sebagainya,” tutupnya. (angga/mb)