Monday, 23 December 2019

Dua Perangkat Desa Syur Tapi Mereka Cuma Ditegur

Senin, 23 Desember 2019 — 7:13 WIB
NID-23-12

DUA perangkat desa di Sragen, Jawa Tengah, ini malah jadi sumber masalah. Bagaimana tidak? Jelas-jelas berbuat mesum, tapi sanksinya hanya kena tegur, dengan alasan sudah minta maaf. Untunglah si Handoyo, 40, dan  Mujiati, 35, mereka tak perlu kehilangan sumber pangan sehari-hari.

Ungkapan lama orang Jateng-Jatim-DIY bahwa “witing tresna merga kulina” memang benar adanya. Sering bertemu bisa menimbulkan bibit-bibit cinta. Tapi di era gombalisasi ini, “kearifan lokal” semacam itu sudah mulai luntur. Yang baru ngetren sekarang justru witing tresna merga ratusan lima (baca: matrialistis).

Di sebuah desa di Sragen, Handoyo dan Mujiati sama-sama menjadi perangkat desa. Mereka sama-sama sudah berkeluarga. Tapi karena setiap hari ketemu di kelurahan, dari berkelakar dan menyelesaikan tugas kedinasan, eh..ibit-bibit asmara bisa nyelip, tumbuh di dalam sanubari keduanya. Mendadak mereka lupa akan status masing-masing.

Kisah cinta para pamong desa itu menjadi trending topic, dibicarakan warga saban hari. Kalau kiriman uang bisa berkurang, kiriman berita bisa bertambah. Saking malunya, suami Mujiati memilih bercerai saja. Tapi sejak dicerai suami, keduanya jadi semakin bebas. Dulu “asset” itu milik suami, kini jadi milik bersama.

Tentu saja warga semakin jengkel, sehingga mereka menggelar demo minta kedua pamong desa itu dipecat saja. Buru-buru keduanya minta maaf. Apa sikap warga? Permintaan maaf diterima, tapi proses hukum jalan terus. Agaknya warga terilhami kisah kasus Ahok pra Pilgub 2017 dan Sukmawati.

Warga berharap keduanya dicopot, tapi bupati memutuskan bahwa mereka hanya kena teguran saja. Karenanya penduduk kecewa berat, dongkolnya jadi segede bakpao. Tapi ya hanya sekedar kecewa.

Segede bakpao? Jadi ingat kasus Setya Novanto. (gunarso ts)