Monday, 23 December 2019

LRT Gagal Fungsi?

Senin, 23 Desember 2019 — 7:39 WIB

LIGHT Rail Transit (LRT) Jakarta dinilai sebagian anggota Dewan proyek gagal. Alasannya jarak tempuh moda angkutan massal tersebut pendek yakni sekitar  5,8 kilometer.

Jarak tempuh pendek membuat jumlah penumpangnya tak maksimal alias gagal fungsi. DPRD DKI Jakarta meminta operasional LRT dihentikan sambil menunggu kelanjutan pembangunan proyek di lokasi lain, termasuk mengintegrasikan dengan angkutan umum lain.

Setelah uji coba sejak 11 Juni, Pemprov DKI Jakarta memutuskan LRT mulai beroperasi secara komersial pada 1 Desember 2019. Tarif angkutan massal tersebut Rp5.000/ penumpang.

LRT Jakarta  melayani rute Pegangsaan Dua-Velodrome yang terdiri dari enam stasiun. Stasiun itu adalah Stasiun Pengangsaan Dua, Boulevard Utara, Boulevard Selatan, Pulomas, Equestrian, sampai Velodrome.

Meski  General Manager of Corporate Secretary PT LRT Jakarta, Arnold Kindangen meyakinkan adanya peningkatan penumpang sejak awal Desember hingga 17 Desember,   tetapi Dewan ngotot agar operasional LRT stop sementara. Kata Dewan, LRT proyek rugi.

Pembangunan  sarana dan prasarana transportasi massal ini memang sejak awal menarik perhatian  publik. Menggelindingnya ‘persoalan’ itu  bermula adanya sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta yang menilai proyek LRT dengan  anggaran Rp6 triliun terlalu mahal.

Kalkulasinya jarak tempuh LRT fase I Velodrome-Kelapa Gading sekitar 5,8 kilometer, tetapi menyedot anggaran Rp6 triliun. Berarti   per kilometer harganya Rp1,1 triliun. Dan Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, M Taufik mengatakan, “Jalan LRT Jakarta termahal di dunia.”

Tidak hendak mendukung sikap Dewan yang menilai LRT Jakarta terlalu mahal, proyek rugi atau proyek gagal. Namun realita di lapangan bahwa angkutan massal berjarak tempuh  pendek itu tidak ada salahnya bila Gubernur Anies Baswedan segera mengevaluasi.

Hitunglah dengan cermat. Apalagi jarak 5,8 kilometer bila menggunakan sepeda motor bisa ditempuh dengan waktu yang tidak terlalu lama.

Dengan jarak pendek  ini bisa jadi warga ogah naik LRT. Selain itu, rute moda transportasi massal ini juga sudah banyak diisi angkutan kota lainnya, sehingga terkesan tumpang tindih.

Publik tentu tidak ingin LRT gagal fungsi. Solusinya evaluasi dan kalkulasi secara cermat. @*